2.1. Pengertian
Penelitian Ilmiah
Penelitian
ilmiah adalah rangkaian pengamatan yang sambung menyambung, berakumulasi dan
melahirkan teori-teori yang mampu menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena.
Penelitian ilmiah sering diasosiasikan dengan metode ilmiah sebagai tata cara
sistimatis yang digunakan untuk melakukan penelitian.
Penelitian
ilmiah juga menjadi salah satu cara untuk menjelaskan gejala-gejala alam.
Adanya penelitian ilmiah membuat ilmu berkembang, karena hipotesis-hipotesis
yang dihasilkan oleh penelitian ilmiah seringkali mengalami retroduksi. Penelitian
ilmiah biasanya melalui tiga tahap, yaitu konseptualisasi, operasionalisasi,
dan observasi.
2.2. Hubungan
Penelitian dengan Ilmu Pengetahuan
Ilmu
pengetahuan adalah usaha yang bersifat multi dimensional, sehingga dapat
didefinisikan dalam berbagai cara dan tidak baku. Walaupun demikian ilmu
pengetahuan perlu dilihat sebagai suatu dasar (basic) proses berpikir manusia dalam melaksanakan berbagai
penelitian. Untuk itu ilmu pengetahuan dapat dihubungkan dengan metode dan
proses penelitian tersebut.
Relevansi
penelitian dengan ilmu pengetahuan, berkembang dari upaya manusia mencari jawaban
atas berbagai pertanyaan, seperti “ini apa?”; “itu apa?”; “mengapa begini?”;
“mengapa begitu?” dan selanjutnya berkembang menjadi pertanyaan “bagaimana hal
itu terjadi?” serta “bagaimana memecahkannya?”. Dengan dorongan ingin tahu
tersebut manusia selalu ingin mendapatkan pengetahuan mengenai permasalahan
yang tidak diketahuinya sehingga pada akhirnya muncul pengetahuan-pengetahuan
baru yang dikenal sebagai ilmu pengetahuan (knowledgement)
yang sistematis dan terorganisir. Dengan menggunakan akal dan pikiran yang
reflektif, manusia merasa mampu memecahkan masalah yang dihadapi.
Pendekatan
yang digunakan dapat bersifat ilmiah dan non-ilmiah. Pendekatan ilmiah dapat
berupa penelitian-penelitian sedangkan pendekatan non-ilmiah dapat berupa akal
sehat, prasangka, intuisi, penemuan kebetulan atau coba-coba (trial and error) dan mendapat otoritas
ilmiah atau pikiran kritis. Berdasakan pengertian di atas, terdapat hubungan
yang erat antara ilmu pengetahuan dan penelitian. Para ahli menyebutkan bahwa
tidak mungkin memisahkan ilmu dengan penelitian dan diibaratkan sebagai dua
sisi mata uang yang sama. Almack (1930) mengatakan bahwa penelitian dan ilmu
merupakan hasil dan proses. Penelitian merupakan proses sedangkan hasilnya
adalah ilmu. Whitney (1960) menegaskan bahwa ilmu dan penelitian merupakan
proses yang berlangsung secara bersama-sama. Artinya ilmu dan penelitian adalah
proses yang sama sedangkan hasil dari proses tersebut adalah kebenaran (truth). Kebenaran yang dimaksudkan
adalah pengetahuan yang benar yang kebenarannya terbuka untuk diuji oleh siapa
saja yang berkeinginan untuk mengujinya.
Dengan
relevansi atau hubungan tersebut dapat disebutkan berbagai aspek yang menjadi
peranan dari ilmu dan penelitian sehingga dapat disebutkan sesuatu yang
dilakukan itu merupakan karya keilmuan, sperti di bawah ini.
1.
Deskripsi, fungsi
ini berusaha untuk menggambarkan atau menjelaskan hal-hal yang menjadi pokok
permasalahan.
2.
Menerangkan atau
eksplanasi, fungsi ini berusaha untuk menerangkan kondisi-kondisi yang
mendasari munculnya permasalahan atau terjadinya peristiwa-peristiwa.
3.
Penyusunan
teori, fungsi ini berusaha untuk menyusun teori/ prinsip/ aturan-aturan mengenai
hubungan antara kondisi atau peristiwa yang satu dengan yang lain.
4.
Peramalan atau
prediksi, fungsi ini berusaha untuk mengadakan ramalan atau prediksi, estimasi,
dan proyeksi terhadap permasalahan atau peristiwa dan dampak yang akan terjadi.
5.
Pengendalian, fungsi
ini berusaha untuk melakukan tindakan-tindakan pengendalian terhadap
permasalahan, peristiwa, atau gejala.
Dari
semua penjelasan tersebut, jelaslah
sudah bahwa terdapat keterkaitan antara ilmu pengetahuan dengan penelitian. Melakukan
penelitian memang dibutuhkan ilmu pengetahuan dan tidak akan muncul pengetahuan
baru bila tidak ada sebuah penelitian. Dapat diketahui bahwa dari ilmu
pengetahuan itu akan muncul permasalahan-permasalahan baru yang harus
dipecahkan melalui penelitian, dengan ilmu pengetahuan pula penelitian dapat
dikerjakan, dan hasil pemecahan masalah dari penelitian tersebut juga dapat
dijadikan sebagai sebuah ilmu pengetahuan baru.
2.3. Langkah-langkah
Penelitian Ilmiah
Proses
pelaksanaan penelitian ilmiah terdiri dari langkah-langkah yang juga menerapkan
prinsip metode ilmiah. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan selama
melakukan penelitian ilmiah adalah sebagai berikut.
1.
Mengidentifikasi
dan merumuskan masalah
Sebagaimana
halnya dalam metode ilmiah, pada penelitian ilmiah juga harus berangkat dari
adanya permasalahan yang ingin pecahkan. Sebelum melaksanakan penelitian ilmiah
perlu dilakukan identifikasi masalah. Proses identifikasi masalah penting
dilakukan agar rumusan masalah menjadi tajam dan sebagai bentuk data awal bahwa
dalam penelitian ilmiah tersebut memang dibutuhkan pemecahan masalah melalui
penelitian. Identifikasi masalah dirumuskan bersesuaian sebagaimana latar
belakang masalah, berdasarkan fakta dan data yang ada di lapangan. Identifikasi
masalah pada umumnya dirumuskan dalam bentuk kalimat deklaratif, sementara
rumusan masalah ditulis dalam bentuk kalimat tanya (berbentuk pertanyaan).
2.
Melakukan studi
pendahuluan
Di
dalam penelitian ilmiah, perlu dilakukan sebuah studi pendahuluan. Peneliti
dapat melakukannya dengan menelusuri dan memahami kajian pustaka untuk bahan
penyusun landasan teori yang dibutuhkan untuk menyusun hipotesis maupun
pembahasan hasil penelitian nantinya. Sebuah penelitian dikatakan bagus apabila
didasarkan pada landasan teori yang kukuh dan relevan. Banyak teori yang
bersesuaian dengan penelitian, namun ternyata kurang relevan. Oleh karenanya,
perlu dilakukan usaha memilah-milah teori yang sesuai. Selain itu studi
pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui pengkajian kepustakaan akan dapat
membuat penelitian lebih fokus pada masalah yang diteliti sehingga dapat
memudahkan penentuan data apa yang nantinya akan dibutuhkan.
3.
Merumuskan hipotesis
Hipotesis
perlu dirumuskan dalam sebuah penelitian ilmiah, lebih-lebih penelitian
kuantitatif. Dengan menyatakan hipotesis, maka penelitian ilmiah yang dilakukan
peneliti akan lebih fokus terhadap masalah yang diangkat. Selain itu dengan
rumusan hipotesis, seorang peneliti tidak perlu lagi direpotkan dengan
data-data yang seharusnya tidak dibutuhkannya, karena data yang diambilnya
melalui instrumen penelitian hanyalah data-data yang berkaitan langsung dengan
hipotesis. Data-data ini sajalah yang nantinya akan dianalisis. Hipotesis erat
kaitannya dengan anggapan dasar. Anggapan dasar merupakan kesimpulan yang
kebenarannya mutlak sehingga ketika seseorang membaca suatu anggapan dasar,
tidak lagi meragukan kebenarannya.
4.
Mengidentifikasi
variabel dan definisi operasional variabel
Sebuah
variabel dalam penelitian ilmiah adalah fenomena yang akan atau tidak akan
terjadi sebagai akibat adanya fenomena lain. Variabel penelitian sangat perlu
ditentukan agar masalah yang diangkat dalam sebuah penelitian ilmiah menjadi
jelas dan terukur. Dalam tahap selanjutnya, setelah variabel penelitian
ditentukan, maka peneliti perlu membuat definisi operasional variabel itu
sesuai dengan maksud atau tujuan penelitian. Definisi operasional variabel
adalah definisi khusus yang dirumuskan sendiri oleh peneliti. Definisi
operasional tidak sama dengan definisi konseptual yang didasarkan pada teori
tertentu.
5.
Menentukan rancangan
atau desain penelitian
Rancangan
penelitian sering pula disebut sebagai desain penelitian. Rancangan penelitian
merupakan prosedur atau langkah-langkah aplikatif penelitian yang berguna
sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian ilmiah bagi si peneliti yang
bersangkutan. Rancangan penelitian harus ditetapkan secara terbuka sehingga
orang lain dapat mengulang prosedur yang dilakukan untuk membuktikan kebenaran
penelitian ilmiah yang telah dilakukan peneliti.
6.
Menentukan dan mengembangkan
instrumen penelitian
Instrumen
penelitian merupakan alat yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data
yang dibutuhkannya. Beragam alat dan teknik pengumpulan data yang dapat dipilih
sesuai dengan tujuan dan jenis penelitian ilmiah yang dilakukan. Setiap bentuk
dan jenis instrumen penelitian memiliki kelebihan dan kelemahannya
masing-masing. Karena itu sebelum menentukan dan mengembangkan instrumen
penelitian, perlu dilakukan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Salah satu
kriteria pertimbangan yang dapat dipakai untuk menentukan instrumen penelitian
adalah kesesuaiannya dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Tidak semua
alat atau instrumen pengumpul data cocok digunakan untuk penelitian-penelitian
tertentu.
7.
Menentukan subjek
penelitian
Orang
yang terlibat dalam penelitian ilmiah dan berperan sebagai sumber data disebut
subjek penelitian. Seringkali subjek penelitian berkaitan dengan populasi dan
sampel penelitian. Apabila penelitian ilmiah yang dilakukan menggunakan sampel
penelitian dalam sebuah populasi penelitian, maka peneliti harus berhati-hati
dalam menentukannya. Hal ini dikarenakan, penelitian yang menggunakan sampel
sebagai subjek penelitian akan menyimpulkan hasil penelitian yang berlaku umum
terhadap seluruh populasi, walaupun data yang diambil hanya merupakan sampel
yang jumlah jauh lebih kecil dari populasi penelitian. Pengambilan sampel
penelitian yang salah akan mengarahkan peneliti kepada kesimpulan yang salah
pula. Sampel yang dipilih harus merepsentasikan populasi penelitian.
8.
Melaksanakan penelitian
Pelaksanaan
penelitian adalah proses pengumpulan data sesuai dengan desain atau rancangan
penelitian yang telah dibuat. Pelaksanaan penelitian harus dilakukan secara
cermat dan hati-hati karena berhubungan dengan data yang dikumpulkan, keabsahan
dan kebenaran data penelitian tentu saja akan menentukan kualitas penelitian
yang dilakukan. Seringkali peneliti saat berada di lapangan dalam melaksanakan
penelitiannya terkecoh oleh beragam data yang sekilas semuanya tampak penting
dan berharga. Peneliti harus fokus pada pemecahan masalah yang telah
dirumuskannya dengan mengacu pengambilan data berdasarkan instrumen penelitian
yang telah dibuatnya secara ketat. Berdasarkan cara pengambilan data terhadap
subjek penelitian, data dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu data langsung
dan data tidak langsung. Data langsung adalah data yang diperoleh secara
langsung oleh peneliti dari sumber data (subyek penelitian), sementara data
tidak langsung adalah data yang diperoleh peneliti tanpa berhubungan secara
langsung dengan subjek penelitian yaitu melalui penggunaan media tertentu,
misalnya wawancara menggunakan telepon, dan sebagainya.
9.
Melakukan analisis
data
Beragam
data yang terkumpul saat peneliti melaksanakan penelitian ilmiahnya tidak akan
mempunyai kana apapun sebelum dilakukan analisis. Ada beragam alat yang dapat
digunakan untuk melakukan analisis data, bergantung pada jenis data itu
sendiri. Bila penelitian ilmiah yang dilakukan bersifat kuantitatif, maka jenis
data akan bersifat kuantitatif juga. Bila penelitian bersifat kualitatif, maka
data yang diperoleh akan bersifat kualitatif dan selanjutnya perlu diolah
menjadi data kuantitatif. Untuk itu perlu digunakan statistik dalam pengolahan
dan analisis data.
10.
Merumuskan hasil
penelitian dan pembahasan
Pada
hakekatnya merumuskan hasil penelitian dan melakukan pembahasan adalah kegiatan
menjawab pertanyaan atau rumusan masalah penelitian, sesuai dengan hasil
analisis data yang telah dilakukan. Pada saat melakukan pembahasan, berarti
peneliti melakukan interpretasi dan diskusi hasil penelitian.Hasil penelitian
dan pemabahasannya merupakan inti dari sebuah penelitian ilmiah.Pada penelitian
ilmiah dengan pengajuan hipotesis, maka pada langkah inilah hipotesis itu
dinyatakan diterima atau ditolak dan dibahas mengapa diterima atau ditolak.
Bila hasil penelitian mendukung atau menolak suatu prinsip atau teori, maka
dibahas pula mengapa demikian. Pembahasan penelitian harus dikembalikan kepada
teori yang menjadi sandaran penelitian ilmiah yang telah dilakukan.
11.
Menyusun laporan
penelitian dan melakukan desiminasi
Seorang
peneliti yang telah melakukan penelitian ilmiah wajib menyusun laporan hasil
penelitiannya. Penyusunan laporan dan desiminasi hasil penelitian merupakan
langkah terakhir dalam pelaksanaan penelitian ilmiah. Format laporan ilmiah
seringkali telah dibakukan berdasarkan institusi atau pemberi sponsor di mana
penelitia itu melakukannya. Desiminasi dapat dilakukan dalam bentuk seminar
atau menuliskannya dalam jurnal-jurnal penelitian. Ini penting dilakukan agar
hasil penelitian diketahui oleh masyarakat luas (masyarakat ilmiah) dan dapat
dipergunakan bila diperlukan.