Senin, 12 Oktober 2015

Falsafah Ilmu Pengetahuan



1.1.    Pengertian Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi, dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi, cara menentukan validitas dari sebuah informasi, formulasi dan penggunaan metode ilmiah, macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan, serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.
Salah satu konsep mendasar tentang filsafat ilmu adalah empirisme, atau ketergantungan pada bukti. Empirisme adalah cara pandang bahwa ilmu pengetahuan diturunkan dari pengalaman yang kita alami selama hidup kita. Di sini, pernyataan ilmiah berarti harus berdasarkan dari pengamatan atau pengalaman. Hipotesa ilmiah dikembangkan dan diuji dengan metode empiris, melalui berbagai pengamatan dan eksperimentasi. Setelah pengamatan dan eksperimentasi ini dapat selalu diulang dan mendapatkan hasil yang konsisten, hasil ini dapat dianggap sebagai bukti yang dapat digunakan untuk mengembangkan teori-teori yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena alam.
Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Salah satu cara yang digunakan untuk membedakan antara ilmu dan bukan ilmu adalah konsep falsifiabilitas. Konsep ini digagas oleh Karl Popper pada tahun 1919 - 1920 dan kemudian dikembangkan lagi pada tahun 1960-an. Prinsip dasar dari konsep ini adalah sebuah pernyataan ilmiah harus memiliki metode yang jelas yang dapat digunakan untuk membantah atau menguji teori tersebut. Misalkan dengan mendefinisikan kejadian atau fenomena apa yang tidak mungkin terjadi jika pernyataan ilmiah tersebut memang benar.

1.2.    Hubungan Antara Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Hubungan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan, oleh Louis Kattsoff dikatakan bahwa bahasa yang dipakai dalam filsafat dan ilmu pengetahuan dalam beberapa hal saling melengkapi. Hanya saja bahasa yang dipakai dalam filsafat mencoba untuk berbicara mengenai ilmu pengetahuan, bukan di dalam ilmu pengetahuan. Namun, apa yang harus dikatakan oleh seorang ilmuwan mungkin penting pula bagi seorang filsuf. Pada bagian lain dikatakan bahwa filsafat dalam usahanya mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pokok yang kita ajukan harus memperhatikan hasil-hasil ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dalam usahanya menemukan rahasia alam kodrat haruslah mengetahui anggapan kefilsafatan mengenai alam kodrat tersebut.
Filsafat mempersoalkan istilah-istilah terpokok dari ilmu pengetahuan dengan suatu cara yang berada di luar tujuan dan metode ilmu pengetahuan. Dalam hubungan ini, Harold H. Titus menerangkan bahwa ilmu pengetahuan mengisi filsafat dengan sejumlah besar materi yang faktual dan deskriptif, yang sangat perlu dalam pembinaan suatu filsafat. Perbedaan filsafat dengan ilmu-ilmu lain adalah sebagai berikut.
1.        Filsafat menyelidiki, membahas, serta memikirkan seluruh alam kenyataan, dan menyelidiki bagaimana hubungan kenyataan satu sama lain. Jadi ia memandang satu kesatuan yang belum dipecah-pecah serta pembahasanya secara kesuluruhan. Sedangkan ilmu-ilmu lain menyelidiki hanya sebagian saja dari alam ini, misalnya ilmu hayat membicarakan tentang hewan, tumbuh-tumbuhan, ilmu bumi membicarakan tentang kota, sungai, hasil bumi dan sebagainya.
2.        Filsafat tidak saja menyelidiki tentang sebab-akibat, tetapi menyelidiki hakikatnya sekaligus. Sedangkan ilmu pengetahuan membahas tentang sebab dan akibat suatu peristiwa.
3.        Dalam pembahasannya, filsafat menjawab apa ia sebenarnya, dari mana asalnya, dan hendak ke mana perginya. Sedangkan ilmu pengetahuan harus menjawab pertanyaan bagaimana dan apa sebabnya. Sebagian orang menganggap bahwa filsafat merupakan ibu dari ilmu-ilmu pengetahuan. Alasannya ialah bahwa ilmu pengetahuan sering menghadapi kesulitan dalam menentukan batas-batas lingkungannya masing-masing. Misalnya batas antara ilmu alam dengan ilmu hayat, antara sosiologi dengan antropologi. Ilmu-ilmu itu dengan sendirinya sukar menentukan batas-batas masing-masing. Suatu instansi yang lebih tinggi, yaitu ilmu filsafat, itulah yang mengatur dan menyelesaikan hubungan dan perbedaan batas-batas antara ilmu-ilmu pengetahuan tersebut.
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu, dengan mencari sebab-sebab terdalam, berdasarkan kekuatan pikiran manusia sendiri. Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (objek atau lapangannya), yang merupakan kesatuan yang sistematis dan memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan sebab-sebab hal itu. Jadi ada metode, ada sistem, ada satu pandangan yang dipersatukan (memberi sintesis), dan yang dicari ialah sebab-sebabnya.
Demikian filsafat mempunyai metode dan sistem sendiri dalam usahanya untuk mencari hakikat dari segala sesuatu, dan yang dicari ialah sebab-sebab yang terdalam. Ilmu-ilmu pengetahuan dirinci menurut lapangan atau objek dan sudut pandangan. Objek dan sudut pandangan filsafat disebut juga dalam definisinya, yaitu "segala sesuatu". Lapangan filsafat sangat jelas, meliputi segala apa yang ada. Pertanyaan-pertanyaan kita itu mengenai kesemuanya yang ada, tak ada yang dikecualikan. Hal-hal yang tidak kentara pun (seperti jiwa manusia, kebaikan, kebenaran, bahkan Tuhan sendiri pun) dipersoalkan. Lapangan yang sangat luas ini nanti kita bagi-bagi ke dalam beberapa lapangan pokok.
Yang membedakan diantara keduanya adalah filsafat mempelajari seluruh  realitas, sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu realitas atau bidang tertentu. Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu itu dapat hidup dan berkembang.
Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam mempertanggungjawabkan ilmunya. Pertanggungjawaban secara rasional di sini berarti bahwa setiap langkah langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan dan harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argumen-argumen yang obyektif.

1.3.    Manusia dan Ilmu Pengetahuan
Kuriositas atau rasa ingin tahu manusia terus berkembang. Hewan juga mempunyai rasa ingin tahu, tetapi didorong oleh naluri (insting). Naluri hewan bertitik tolak untuk dapat mempertahankan hidupnya, dan sifatnya tetap sepanjang tahun. Manusia disamping mempunyai kuriositas juga dilengkapi akal dan budi. Sehingga rasa ingin tahu dapat berkembang dan tidak pernah ada puasnya. Untuk dapat memuaskan rasa ingin tahu (rahasia alam) manusia menggunakan pengamatan dan pengalaman serta menggunakan logika, maka akhirnya munculah pengetahuan.
Pengetahuan adalah kumpulan fakta-fakta. Tanggapan terhadap gejala-gejala alam merupakan suatu pengalaman. Pengalaman merupakan salah satu terbentuknya pengetahuan. Perkembangan pengetahuan karena didorong dua faktor pertama untuk memuaskan diri guna memahami hakekat kebenaran dan kedua untuk meningkatkan status (taraf hidup).
Dorongan pertama akan memperoleh pengetahuan murni (teoritis) dan dorongan kedua akan memperoleh pengetahuan praktis (aplikasi) atau ilmu terapan, ilmu alamiah merupakan kegiatan manusia yang bersifat dinamis, artinya kegiatan yang tiada henti. Dari hasil percobaan akan memperoleh konsep (teori) baru yang selanjutnya akan mendorong manusia untuk melakukan percobaan, demikian seterusnya.
Terdapat beberapa hubungan antara manusia dan ilmu pengetahuan. Berikut adalah beberapa hubungan antara manusia dan ilmu pengetahuan.
1.        Ilmu pengetahuan berawal dari alamiah dan sifat logis manusia
Yang mendasari ilmu pengetahuan manusia berasal dari sifat alamiah manusia sebagai pemilik dan pengguna akal, akal kita akan selalu merekam apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, apa yang kita cium, apa yang kita sentuh dan raba dan apa yang terecap berupa rasa di lidah kita. Kemudian otak akan mengolah data yang diterima dan diterjemahkan menjadi pengetahuan.
Adapun logika manusia membuat pengalaman panca indera kita lebih luas lagi, sifat logis menjadi pemicu akal kita untuk memikirkan secara sesuatu lebih luas dan mendalam. Logika manusia juga mendasari segala macam bentuk pertanyaan dan logika juga menemukan jawabannya melalui pengalaman dan pada akhirnya menjadikannya sebagai ilmu pengetahuan.
2.        Ilmu pengetahuan sebagai anugerah Tuhan
Tuhan sang maha pencipta akal, menjadikan manusia itu berbeda dengan binatang karena akal dan kecerdasannya. Manusia yang memiliki akal akan senantiasa menggunakan akalnya untuk diisi dengan ilmu pengetahuan dari yang paling dasar seperti cara bertahan hidup sampai yang paling mendetail tentang alam semesta beserta planet, galaksi, dan bintang-bintang. Sebagai makhluk Tuhan, maka sepatutnya bagi kita mensyukuri nikmat akal yang diberikan dengan menggunakannya untuk menggali dan memahami seluruh ciptaan Tuhan.
3.        Ilmu pengetahuan menjelaskan yang lalu dan yang akan datang
Sebagai manusia yang hidup di masa sekarang, kebutuhan akan ilmu pengetahuan tentang suatu yang sudah lalu adalah suatu yang penting. Hal ini dikarenakan kita sebagai manusia mesti mengetahui apa yang sudah terjadi dalam kehidupan kita atau sebelum adanya kita di dunia dalam bentuk makhluk hidup, kita jadi tahu apa yang dilakukan manusia sebelum kita melalui sejarah, kita jadi mengerti kenapa zaman dahulu spesies makhluk bernama dinosaurus bisa punah, bahkan jika ditarik lebih jauh lagi, kita bisa mengetahui bagaimana proses terjadinya planet bumi dan alam semesta ini.
Ilmu pengetahuan mengenai sesuatu yang akan datang juga merupakan hal yang penting, manusia bisa menjadi modern dan paham terhadap teknologi seperti sekarang ini karena manusia selalu memikirkan akan kebutuhan dan keinginannya di masa depan. Untuk memenuhi perkembangan zaman, dibuatlah alat komunikasi canggih yang bisa menghubungi manusia satu sama lain di tempat yang berjauhan. Hal ini berawal dari manusia yang memikirkan masa depannya. Pengetahuan mengenai masa depan ini akan memberikan manfaat bagi generasi selanjutnya.

1.4.    Kelahiran Ilmu Pengetahuan Modern
Pada mulanya manusia percaya mitos yang sekarang dinilai sebagai pengetahuan semu (pseduo knowledge). Karena mitos tidak pernah memuaskan maka dicarilah pengetahuan sesungguhnya (pure science). Objek utama yang dipikirkan manusia adalah alam sehingga lahirlah pengetahuan alam (natural science).
Untuk menemukan ilmu pengetahuan, harus digunakan perpaduan antara rasionalisme dan empirisme, yang dikenal sebagai metode keilmuan atau pendekatan ilmiah. Pengetahuan yang disusun dengan cara pendekatan ilmiah atau metode keilmuan, diperoleh melalui kegiatan penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah ini dilaksanakan secara sistematik dan terkontrol berdasarkan atas data-data empiris. Kesimpulan dari penelitian ini dapat menghasilkan suatu teori. Teori ini masih dapat menghasilkan suatu teori dan masih dapat diuji konsistensi serta kemantapannya. Metode keilmuan itu bersifat objektif, bebas dari keyakinan perasaan dan prasangka pribadi serta bersifat terbuka. Jadi, suatu ilmu pengetahuan dapat digolongkan sebagai ilmu pengetahuan bilamana cara memperolehnya menggunakan metode keilmuan, yaitu gabungan rasionalisme dan emperisme.
Kapan ilmu pengetahuan lahir? Secara waktu mungkin sulit untuk ditetapkan tetapi yang jelas sesuatu dinyatakan ilmu pengetahuan adalah apabila pendekatan kebenaran tertumpu pada rational approach and empiric approach yakni kebenaran yang secara rasional dapat dimengerti dan dipahami serta dibuktikan secara fakta dan menggunakan peralatan ilmiah.
Ilmu pengetahuan berkembang dari masa ke masa. Berikut adalah penjelasan perkembangan pengetahuan dari masa ke masa tersebut.
1.        Zaman Purba
Pada zaman purba, manusia selain mewariskan alat-alat purba, juga mewariskan cara bercocok tanam dan cara berternak. Peninggalan-peninggalan alat-alat, tanaman, ternak tersebut menunjukkan bahwa manusia purba telah mempunyai pengetahuan untuk memperolehnya. Penemuan-penemuan itu terjadi baik secara kebetulan ataupun disengaja semuanya berdasarkan pengamatan primitif, dan mungkin dilanjutkan dengan percobaan-percobaan yang dilakukan dengan tanpa dasar dan tanpa pengaturan, tetapi dengan mengikuti proses trial and error. Dengan demikian tersusunlah know how meskipun tidak diketahui sebabnya. Dengan demikian maka zaman batu ini ditandai oleh pengetahuan know how yang diperoleh berdasarkan kemampuan mengamati, membeda-bedakan, memilih, melakukan percobaan tanpa disengaja, yang berlandaskan dengan proses trial and error.
Setelah zaman ini masa 15000 SM sampai kurang lebih 600 tahun SM masih merupakan kelanjutan dari zaman batu. Mereka masih mewarisi pengetahuan dari zaman batu, tetapi diantara mereka ada yang mampu mengolah logam. Dalam hal pembuatan logam, alat-alat mereka tidak lagi terbuat dari batu, melainkan dari perunggu atau besi. Pada zaman purba tersebut manusia menggantungkan diri pada kepercayaan agama yang politistik. Mereka percaya bahwa dewa-dewa berada di bulan, matahari, bintang, karena itu, benda-benda angkasa itu terus-menerus diamati. Dan mereka mulai menyusun kalender sebagai pedoman waktu untuk mengatur kehidupan ritual, pekerjaan sehari-hari dan kehidupan biasa pada umumnya.
Penemuan-penemuan tersebut di atas merupakan proses alamiah yang hanya mungkin pada zaman itu mencari dan akhirnya menemukan dan mampu menggunakan angka-angka dan abjad untuk melakukan perhitungan-perhitungan. Di samping kemampuan-kemampuan dan penemuan-penemuan tersebut, mereka bisa membentuk kemampuan mengukur, kemampuan ini digunakan untuk mengukur bidang tanah dan perladangan juga mengukur hasil panennya. Untuk keperluan pengukuran-pengukuran tersebut juga telah ditemukan bentuk segitiga, segitiga siku-siku, dan sudut siku-siku. Kemudian ilmu berkembang dan menjelma menadi ilmu hitung (arithmetic) dan ilmu ukur (geometry).
2.        Zaman Yunani
Masa 600 SM sampai kurang lebih 200 SM biasanya disebut zaman Yunani. Dalam zaman ini proses-proses perkembangan know how tetap mendasari kehidupan sehari-hari, tapi lebih maju daripada zaman sebelumnya. Dalam bidang pengetahuan sikap dan pemikiran yang sekedar menerima apa adanya, terjadi perubahan besar, dan perubahan ini dianggap sebagai dasar ilmu pengetahuan modern. Hal ini berdasarkan pada sikap bangsa Yunani yang tidak dapat menerima pengalaman-pengalaman secara pasif. Mereka memiliki inquiry atitude dan inquiry mind orang pertama yang mempertanyakan dasar dari alam dan isi alam ini adalah Thales (624-548 SM). Pemikiran Thales dalam rangka membahas perkembangan ilmu pengetahuan, yaitu yang penting bukan jawaban yang diberikan, tetapi diajukannya pertanyaan tersebut. Karena dari pertanyaan akan menimbulkan atau menyebabkan pemeriksaan dan penelitian yang terus menerus. Jadi, pertanyaan merupakan suatu motor yang tetap mendorong pemikiran dan penyelidikan.
Di samping Thales terdapat banyak tokoh filsafat Yunani yang besar sekali sumbangannya pada perkembangan ilmu pengetahuan diantaranya adalah Al-Fargani, Jabir bin Hayyam, Phytagoras, Aristoteles, dan Archimedes.
3.        Zaman Modern
Pada permulaan abad ke-14, di Eropa di mulai perkembangan ilmu pengetahuan. Sejak zaman itu sampai sekarang Eropa menjadi pusat kemajuan ilmu pengetahuan dan umat manusia pada umumnya. Permulaan perkembangannya dicetuskan oleh Roger Bacon (1214-1294) yang menganjurkan agar pengalaman manusia sendiri dijadikan sumber pengetahuan dan penelitian. Copernicus, Tycho Broche, Keppler dan Galileo merupakan pelopor dalam mengembangkan pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman tersebut.
Perkembangan ilmu pengetahuan menjadi sangat mantap dan pesat setelah ditulisnya buku yang berjudul Novum Organum oleh Francis Bacon (1560-1626) yang mengutarakan tentang landasan empiris dalam mengembangkan pengetahuan dan penegasan ilmu pengetahuan dengan metodenya. Bila dilihat dari segi metodologi dan psikologi, maka seluruh ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada:
a.    Pengamatan dan pengalaman manusia yang terus menerus.
b.    Pengumpulan data yang terus menerus dan dilakuakan secara sistematis.
c.    Analisis data yang ditempuh dengan berbagai cara.
d.   Penyusunan model-model atau teori-teori, serta penyusunan ramalan-ramalan sehubungan dengan model itu.
e.    Percobaan untuk menguji ramalan tersebut.
Percobaan ini akan menghasilkan beberapa kemungkinan, diantaranya benar atau salah. Jika terbukti salah, terbuka kemungkinan untuk mencari kesalahan berfikir, sehingga terbuka juga kemungkinan untuk memperbaikinya. Dengan demikian ilmu pengetahuan modern memiliki suatu sistem yang di dalamnya terkandung mengoreksi diri, yang memungkinkan ditiadakannya kesalahan demi kesalahan secara bertahap menuju kebenaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar